SPCnews.id – Hitungan bulan, tembok penahan luapan air yang berada di Jalan Sekka Nauli, Kelurahan Bane, Kecamatan Siantar Utara, rubuh beberapa minggu yang lalu.
Diketahui sebahagian fisik bangunan penahan luapan air tersebut rubuh, setelah banjir yang melanda perkampungan yang berada disekitaran bibir sungai tersebut, Senin (31/08/2020)
Warga yang berada disekitaran lokasi tersebut sangat kecewa terhadap pembangunan tembok penahan yang diperkirakan dikerjakan dengan asal jadi.

“Baru saja hitungan bulan bang, masa sudah rubuh, berartikan dikerjakannya asal asal,” Ucap boru Marbun.
Diketahui pada pemberitaan sebelumya di Media Lintas Publik Direktur teknik, Luterman Girsang ketika dikonfirmasi di BPBD Kota Pematangsiantar menegaskan bahwa tembok penahan tersebut tanpa pondasi tetapi menggunakan metode gratifikasi, mengandalkan bobot dengan menggunakan pasangan trapesium.
Dia mengklaim tembok penahan tanpa tulang itu, bertahan lama dan menepis kekuatiran warga, lurah bahwa tembok penahan tersebut akan roboh.
“Bertahan lama itu, karena pasangan trapesium. Di lokasi lain juga metode tanpa tulang, masih bertahan 6-7 tahun,”ujarnya menyakinkan.
Mengenai besaran anggaran, Luterman Girsang tidak bisa merinci. Namun, tidak lebih dari Rp 200 juta. Mengenai plank proyek, juga akan dipasang bila pekerjaan telah mencapai 50 persen.
“Ini pekerjaan bencana, tidak sama dengan instansi lain. Berapa selesai pekerjaannya, baru bisa diklaim. Kalau nama perusahaannya lupa,”katanya.
Demi berimbangnya pemberitaan, saat hendak konfirmasi mengenai fisik bangunan yang rubuh tersebut, PLH BPBD kota Pematangsiantar, Daniel Siregar, tidak merespon awak media, namun ia telah membaca pesan melalui Whatsap. (Alf)
Discussion about this post