Simalungun|GorgaNews.com– Bicara soal keberadaan serta kinerja anggota DPRD tentu menuai pro dan kontra ditengah-tengah masyarakat.
Dan hal itu tentu menjadi hal yang lumrah. Ini mengingat tingkah laku yang dipertontonkan para wakil rakyat itu kepada masyarakat luas.
Mulai terbelit masalah hukum dan sebagainya menambah rentetan buruk para penyambung lidah rakyat tersebut.
Stigma itu tak lantas menyurutkan langkah Erik Sihombing untuk maju sebagai anggota DPRD Provinsi Sumatera Utara periode 2019-2024.
Untuk ‘menangkis’ stigma tersebut tentu harus dibuktikan melalui kinerja serta merealisasikan visi misi yang diusungnya. Jangan lukai hati masyarakat adalah jawabannya.
Pernyataan ini disampaikan Erik Sihombing saat bincang-bincang dengan kru media ini. Bahkan Erik berbagi cerita hasil kunjungannya kepada beberapa lapisan masyarakat.
“Saat saya mengunjungi beberapa warga di Kabupaten Simalungun dan Kota Siantar, tak sedikit dari mereka yg pesimis dgn tujuan saya maju menjadi Caleg DPRD Sumut. Warga menilai mereka yg mencalonkan diri sebagai Anggota DPRD Sumut Periode 2019-2024 akan mengikuti jejak Anggota DPRD yg sudah ditahan KPK,” kata Erik.
Dari rasa tak percaya itu, Erik menyimpulkan dua hal. “Banyaknya Anggota DPRD yg terlibat kasus korupsi. Banyaknya Persoalan warga yg tidak pernah serius diperjuangkan wakilnya di DPRD. Inilah mengapa masyarakat menjadi pesimis,” ungkap Caleg yang maju dari Partai Gerindra di Dapil 10 meliputi wilayah Siantar-Simalungun ini.
Hanya saja ada juga masyarakat yang masih menaruh harapan kepada para wakil mereka.
Kekecewaan itu dapat ia rasakan sendiri dan menjadi catatan penting akan sosok wakil yang mereka inginkan.
Sebagai warga Hutabayuraja, ia merasakan langsung bagaimana minimnya pembangunan di daerahnya.
Namun mengingat luasnya wilayah Kabupaten Simalungun, maka sikap “maklum” sering melebihi kata “teriak”.
Kekecewaan itu menjadi ‘cambuk’ bagi Erik Sihombing untuk berbuat dan mengabdi kepada masyarakat.
Dari segelumit persoalan yang disampaikan masyarakat, ia kini membawa agenda dan tugas penting jika memang terpilih kelak.
“Bagaimana mendorong Jalan Tanah jawa- Hutabayuraja- Bosar Maligas menjadi Status Jalan Provinsi. Mengapa? Karena Jalan Tanah Jawa – Hutabayu- Bosar Maligas merupakan jalan ke 2 ke KEK Sei Mangkei ,” ujarnya.
Kemudian mendorong pengadaan Laboratorium Pertanian dan Mengawasi bantuan pemerintah ke kelompok-kelompok Tani.
Dijabarkannya, Laboratorium Pertanian tak terlepas dari pengalamannya menjadi penampung hasil padi di Hutabayu Raja selama 6 tahun.
Ia beberapa kali merasakan pertanian padi mengalami penyakit sebelum dipanen. “Sepertu cekik leher, mati pucuk, kemerah-merahan pada tanaman dan siropropon (tanaman mengecil dan mati). Hanya saja ketika itu masyarakat bingung tidak tau mau mengadu kemana,” cercanya.
Saat persoalan ini diadukan ke PPL, semuanya serba terbatas hingga akhirnya masyarakat pasrah dan mencoba segala jenis pestisida yang ada dipasaran.
“Akhirnya coba-coba mana tau tanamannya sembuh. Inilah gunanya laboratorium Pertanian mengapa harus direalisasikan,” ujarnya sembari mengatakan jika sawah adalah sentra pangan yang harus diperhatikan di Laboratorium Pertanian.
Selanjutnya mendorong berdirinya Wisma Mahasiswa Siantar-Simalungun di Kota Medan.
Alasannya, rinci Erik, bagaimana rasanya ketika orang dari kampungnya lulus kuliah. Seperti ke Universitas Sumatera Utara (USU) Medan.
Namun karena tidak punya saudara di Medan, rekan satu kampungnya itu harus meraba dan mencari tempat kost. Namun biaya untuk kost di Medan tentu biayanya cukup mahal.
Sehingga dengan adanya wisma mahasiswa Siantar- Simalungun tentu sangat membantu bila terjadi kondisi tersebut.
Dan hal itu sangat mungkindirealisasikan bila dijalin hubungan kerja yang baik dengan Pemkab Simalungun dan Pemko Siantar.
“Dan tentu masih banyak tugas dan pekerjaan lain yg dapat dikerjakan. Niat, Kemampuan dan Keberanian menjadi kuncinya,” pungkas Erik Sihombing. (*/GrN-PmS)
Discussion about this post